Mengenang Sejarah Adam Air
Sejarah Adam Air
Adam
Air (PT Adam SkyConnection Airlines) adalah maskapai penerbangan swasta yang
berbasis di Jakarta Barat, Jakarta, Indonesia. Maskapai penerbangan ini
mengoperasikan penerbangan berjadwal domestik ke 20 kota dan layanan
internasional ke Penang dan Singapura. Basis utama dari maskapai penerbangan
ini adalah di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta.
Meskipun
kadang dikatakan sebagai maskapai penerbangan bertarif rendah, ia memasarkan
dirinya sebagai maskapai penerbangan yang berada di antara maskapai penerbangan
bertarif rendah dan tradisional, menyediakan layanan makanan di atas pesawat
dan tarif murah, mirip dengan yang diadaptasi oleh maskapai penerbangan yang
berbasis di Singapura, Valuair. Sebelum kecelakaan Penerbangan 574, maskapai
penerbangan ini menjadi maskapai penerbangan bertarif rendah dengan pertumbuhan
tercepat di Indonesia.
Maskapai
penerbangan ini didirikan oleh Sandra Ang dan Agung Laksono, yang juga menjabat
sebagai Ketua DPR, dan mulai beroperasi pada 19 Desember 2003 dengan
penerbangan perdana ke Balikpapan. Pada awal beroperasi Adam Air menggunakan
dua Boeing 737 sewaan. Saat pertama diluncurkan, Adam Air mengklaim bahwa
mereka menggunakan "Boeing 737-400 baru" walaupun ternyata pesawat
Boeing mereka sebenarnya merupakan sewaan yang telah berusia lebih dari 15
tahun. Boeing telah menghentikan produksi 737-400 selama beberapa tahun.
Pada
9 November 2006, Adam Air menerima penghargaan Award of Merit dalam the
Category Low Cost Airline of the Year 2006 dalam acara 3rd Annual Asia Pacific
and Middle East Aviation Outlook Summit di Singapura.
Setelah
berbagai insiden dan kecelakaan yang menimpa maskapai-maskapai penerbangan di
Indonesia, pemerintah Indonesia membuat pemeringkatan atas maskapai-maskapai
tersebut. Dari hasil pemeringkatan yang diumumkan pada 22 Maret 2007, Adam Air
berada di peringkat III yang berarti hanya memenuhi syarat minimal keselamatan
dan masih ada beberapa persyaratan yang belum dilaksanakan dan berpotensi
mengurangi tingkat keselamatan penerbangan. Akibatnya Adam Air mendapat sanksi
administratif yang ditinjau ulang kembali setiap 3 bulan. Setelah tidak ada
perbaikan kinerja dalam waktu 3 bulan, Air Operator Certificate Adam Air
kemudian dibekukan.
Pada April 2007, PT Bhakti Investama melalui anak
perusahaannya Global Air Transport membeli 50% saham Adam Air dari keluarga
Sandra Ang dan Adam Suherman, namun setahun kemudian pada 14 Maret 2008 menarik
seluruh sahamnya karena merasa Adam Air tidak melakukan perbaikan tingkat
keselamatan serta tiadanya transparansi. Kegiatan operasional Adam Air kemudian
dihentikan sejak 17 Maret 2008 dan baru akan dilanjutkan jika ada investor baru
yang bersedia menalangi 50 persen saham yang ditarik Bhakti Investama tersebut.
Pada
18 Maret 2008, izin terbang atau Operation Specification Adam Air dicabut
Departemen Perhubungan melalui surat bernomor AU/1724/DSKU/0862/2008. Isinya
menyatakan bahwa Adam Air tidak diizinkan lagi menerbangkan pesawatnya berlaku
efektif mulai pukul 00.00 tanggal 19 Maret 2008. [10] Sedangkan AOC (Aircraft
Operator Certificate)nya juga ikut dicabut pada 19 Juni 2008, mengakhiri semua
operasi penerbangan Adam Air.
Armada
5
Boeing 737-200 (IATA: 732 ICAO: B732)
6
Boeing 737-300 (IATA: 733 ICAO: B733) (1 kecelakaan di Surabaya)
11
Boeing 737-400 (IATA: 734 ICAO: B734) (1 kecelakaan di Majene)
1
Boeing 737-500 (IATA: 735 ICAO: B735)
Insiden dan Kecelakaan
Penerbangan
782
Adam
Air Penerbangan 782, Boeing 737-329, PK-KKE, Jakarta-Makassar, mengalami
kerusakan alat navigasi dan mendarat di Bandara Tambolaka, NTT. Semua 152 orang
selamat. Pilot dan kopilot akhirnya dipecat.
Penerbangan
574
Adam
Air Penerbangan 574, Boeing 737-4Q8, PK-KKW jatuh di perairan Majene, Sulawesi
Barat pada kedalaman lebih dari 2.000 meter menewaskan 102 orang (hingga saat
ini pesawat dan korban tidak ditemukan).
Penerbangan
172
Adam
Air Penerbangan KI 172, PK-KKV, (dalam gambar) Boeing 737-33A Jakarta-Surabaya
tergelincir di Bandara Juanda, Surabaya. Semua 149 orang selamat.
Penerbangan
292
Adam
Air Penerbangan KI 292, Boeing 737-400, jurusan Jakarta-Batam tergelincir di
Bandara Hang Nadim, Batam akibat cuaca buruk yang melanda Batam sejak pagi.
Semua 172 penumpang selamat, sedangkan 5 penumpang mengalami trauma shock dan
dilarikan ke RS Otorita Batam.
Faktor Kebangkrutan
Faktor-faktor
apa yang menjadi penyebab Adam Air bangkrut? Kasus Adam Air ini lah yang
menjadi topik dalam Komunikasi Ilmiah yang diadakan pada tanggal 28 April 2008
lalu.
Komunikasi
Ilmiah yang diadakan oleh Laboratorium Inovasi dan Pengembangan Organisasi ini
dihadiri tiga dosen dari Program Studi Teknik Industri: Bapak Budiarto Subroto,
Bapak Mame Slamet Sutoko, dan Bapak Gunawan. Ketiganya ikut berdiskusi bersama
para asisten lab.
Acara
dimulai dengan pemaparan mengenai profil singkat Adam Air dan
kecelakaan-kecelakaan yang menimpa perusahaan ini. Di dalam presentasi yang
disampaikan terdapat breakdown masalah yang didapatkan dengan menggunakan tools
yaitu Fishbone Diagram. Dengan menggunakan Fishbone Diagram diidentifikasi
beberapa penyebab bangkrutnya Adam Air, diantaranya faktor manusia, mesin,
metode, dan lingkungan.
Isu-isu
mengenai ketidak terampilan pilot Adam Air dalam mengemudikan pesawat
mengindikasikan adanya proses rekrutmen yang buruk dan kurangnya pelatihan yang
diberikan dari pihak Adam Air. Selain itu, terdapat kontrak kerja yang tidak
jelas antara para pegawai dan pihak manajemen. Korupsi pun menjadi salah satu
isu penting dalam runtuhnya Adam Air ini. Kasus-kasus korupsi yang terdapat
pada Adam Air diantaranya korupsi BBM, audit tidak transparan, bukti-bukti
pembelian suku cadang yang mahal namun tidak berkualitas baik dan adanya
penipuan pada laporan kewajiban pajak.
Faktor
usia pesawat menyumbang resiko yang cukup besar pada terjadinya kecelakaan
pesawat. Mayoritas aircraft di Indonesia memang cukup tua. Hal ini berarti
lower ownership cost. Namun dibutuhkan higher maintenance cost agar pesawat
tetap dapat berfungsi dengan semestinya. Pesawat Adam Air sendiri sudah berumur
18 tahun saat kecelakaan terjadi dan telah melalui inspeksi seminggu sebelum
kecelakaan (25 Desember 2006). Diduga Adam Air tidak memiliki sistem
maintenance yang baik dan memadai.
Etika
bisnis yang buruk juga salah satu hal yang patut disoroti dalam kasus Adam Air
ini. Tekanan psikologis yang diberikan pihak manajemen kepada seluruh karyawan
termasuk pilot dan pramugari menjadi hal yang cukup menyalahi aturan. Selain
itu sistem pembayaran hutang yang tidak teratur menjadikan Adam Air perusahaan
penerbangan dengan tingkat hutang yang tinggi.
Ditinjau
dari faktor lingkungan, Adam Air merupakan organisasi dengan tekstur lingkungan
yang kacau dan memiliki ketidakpastian lingkungan yang tinggi. Adam Air juga
melakukan Interlocking Directorates, yaitu pengangkatan Direktorat Keuangan
yang berasal dari investor yaitu PT Bakrie Investama.
Dalam
diskusi mengenai topik ini, Bapak Budiarto menyebutkan mengenai Capital
Intensif yaitu kecukupan modal kerja yang dalam bisnis penerbangan seharusnya
biaya operasional yang ada harus mencukupi biaya minimum untuk tiga bulan ke
depan. Sementara itu, profit yang diperoleh kecil sekali, bahkan untuk
memperoleh 5% saja sulit. Kenyataan ini cukup mengherankan dimana banyak
perusahaan maskapai penerbangan mampu menawarkan tarif pesawat serendah
mungkin.
Bapak Gunawan lebih menekankan pada bagaimana Adam Air
mampu meraih penghargaan. Diduga perolehan penghargaan tersebut didapatkan dari
data kuesioner. Oleh karena itu, Bapak Gunawan mengharapkan adanya analisis
yang lebih dalam mengenai bentuk dan pembuatan kuesioner yang mungkin saja
dibuat untuk mengarahkan kepada jawaban tertentu. Kemudian Bapak Gunawan juga
mengungkapkan tentang hidden failures yang pada akhirnya menjadi real
failures. Kebanyakan dari hidden failures tersebut terletak pada
faktor manusia, itulah pentingnya faktor “man” harus sangat diperhatikan
dan dikembangkan (people management). Sementara itu Bapak Mame banyak
membandingkan Adam Air dengan Air Asia yang dirasakan lebih berhasil dalam
menjalankan Low Cost Carrier dengan prinsip on time service.
Diskusi berlangsung selama kurang lebih satu setengah
jam. Dengan beberapa pertanyaan yang diajukan seputar serikat pekerja, basic
expectation, dan bagaimana mencerdaskan konsumen. Selain pembicaraan
seputar kasus Adam Air, muncul pembicaraan mengenai budaya dan degradasi moral
pada masyarakat Indonesia serta sistem pendidikan di Indonesia. Pentingnya
mendobrak aturan yang dirasakan tidak baik, dengan berani namun tetap dengan
cara yang sopan. Karena apabila aturan tidak berubah sementara lingkungan terus
berubah maka sistem tidak akan mampu bertahan dan akan mati.
Mengutip dari perkataan Bapak Gunawan “… dalam acara
ini harus dilakukan penukaran ilmu dari masing-masing orang. Jangan hanya cari
tahu ilmu dari dosen, tapi juga dari browsing. Potensi dan kompetensi
itu berbeda,” diharapkan acara komunikasi ilmiah ini dapat meningkatkan
kompetensi setiap asisten lab LIPO. “Dalam diskusi ini, ambil yang terbaik dan
buang yang buruk,” lanjut Bapak Gunawan. Semoga banyak hal baik yang dapat
diambil dan terus meningkatkan hal-hal yang dirasakan masih buruk atau kurang.
Kesimpulan
1. Hal yang harus dihindari dari kasus
Adam:
a. Memberikan
pelatihan terhadap pilot agar lebih terampil.
b. Membisakan
hidup disiplin, jujur, tidak korupsi, dll.
c. Memperbaiki
hubungan antara pegawai dan majaement.
d. Mengganti
pesawat yang usianya cukup tua dengan pesawat yang lebih layak.
e. Harus
memiliki sistem maintenance yang baik dan
memadai.
f.
Menciptakan etika bisnis yang baik.
2. Nilai penting yang harus diterapkan
dalam bisnis penerbangan:
a. Material dan fisik, Contoh : kesehatan,
comfort, security
b. Ekonomi, Contoh : Benefit dan profit yang
seimbang
c. Moral, Contoh : kejujuran, keadilan
d. Sosial, Contoh : sopan santun
e. Politis, Contoh : kebebasan &
keadilan
f. Estetika, Contoh : keindahan, kesopanan,
kerapihan
g. Kerohanian, Contoh : beriman, takwa
Sumber:
Wikipedia
Liputan6.com
Simlipoitb
ManejemenPembebas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar